Layanan Masyarakat
Tata cara pencatatan nikah
Tata cara proses pelaksanaan pencatatan nikah meliputi:
Tata cara proses pelaksanaan pencatatan nikah meliputi:
Meluruskan Arah Kiblat Tahun 2010
.
Apakah
arah kiblat masjid bisa berubah? Entah karena gempa bumi maupun
bergeraknya lempeng Bumi seperti isu yang tengah berkembang? Jawabannya
tentu TIDAK! Artinya pengukuran sebelumnya memang yang membuat arah kiblat masjid tersebut tidak tepat.
.
Apakah arah kiblat cukup ke BARAT? Sebagaimana yang difatwakan oleh MUI beberapa waktu yang lalu? Jawabannya tentu TIDAK! Sebab di zaman sekarang menentukan arah kiblat semudah membalik telapak tangan (saking mudahnya RED)
.
"Dan dari mana saja engkau keluar (untuk shalat), maka hadapkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram (Ka'bah), dan sesungguhnya perintah berkiblat ke Ka'bah itu adalah benar dari Tuhanmu. Dan (ingatlah), Allah tidak sekali-kali lalai akan segala apa yang kamu lakukan." (QS. Al-Baqarah : 149)
.
“Baitullah ( Ka'bah ) adalah kiblat bagi orang-orang di dalam Masjid Al-Haram dan Masjid Al-Haram adalah kiblat bagi orang-orang yang tinggal di Tanah Haram (Makkah) dan Makkah adalah qiblat bagi seluruh penduduk bumi Timur dan Barat dari umatku” (HR. Al-Baihaqi)
.
“Jika kamu mendirikan shalat, maka sempurnakanlah wudhu, kemudian menghadap kiblat, lalu takbir, kemudian bacalah apa yang kamu hafal dari qur’an, lalu ruku’ sampai sempurna, kemudian i’tidal sampai sempurna, kemudian sujud sampai sempurna, kemudian duduk di antara dua sujud sampai sempurna, kemudian sujud sampai sempurna, lakukanlah yang demikian itu setiap rekaat.” (HR. Abu Hurairah)
.
Dalam ajaran Islam, mengadap ke arah kiblat atau bangunan Ka'bah yang berada di Masjidil Haram adalah merupakan tuntutan syariah dalam melaksanakan ibadah tertentu. Berkiblat wajib dilakukan ketika hendak mengerjakan shalat dan menguburkan jenazah Muslim. Menghadap kiblat juga merupakan ibadah sunah ketika tengah azan, berdoa, berzikir, membaca Al-Quran, menyembelih binatang dan sebagainya.
.
.
Apakah arah kiblat cukup ke BARAT? Sebagaimana yang difatwakan oleh MUI beberapa waktu yang lalu? Jawabannya tentu TIDAK! Sebab di zaman sekarang menentukan arah kiblat semudah membalik telapak tangan (saking mudahnya RED)
.
"Dan dari mana saja engkau keluar (untuk shalat), maka hadapkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram (Ka'bah), dan sesungguhnya perintah berkiblat ke Ka'bah itu adalah benar dari Tuhanmu. Dan (ingatlah), Allah tidak sekali-kali lalai akan segala apa yang kamu lakukan." (QS. Al-Baqarah : 149)
.
“Baitullah ( Ka'bah ) adalah kiblat bagi orang-orang di dalam Masjid Al-Haram dan Masjid Al-Haram adalah kiblat bagi orang-orang yang tinggal di Tanah Haram (Makkah) dan Makkah adalah qiblat bagi seluruh penduduk bumi Timur dan Barat dari umatku” (HR. Al-Baihaqi)
.
“Jika kamu mendirikan shalat, maka sempurnakanlah wudhu, kemudian menghadap kiblat, lalu takbir, kemudian bacalah apa yang kamu hafal dari qur’an, lalu ruku’ sampai sempurna, kemudian i’tidal sampai sempurna, kemudian sujud sampai sempurna, kemudian duduk di antara dua sujud sampai sempurna, kemudian sujud sampai sempurna, lakukanlah yang demikian itu setiap rekaat.” (HR. Abu Hurairah)
.
Dalam ajaran Islam, mengadap ke arah kiblat atau bangunan Ka'bah yang berada di Masjidil Haram adalah merupakan tuntutan syariah dalam melaksanakan ibadah tertentu. Berkiblat wajib dilakukan ketika hendak mengerjakan shalat dan menguburkan jenazah Muslim. Menghadap kiblat juga merupakan ibadah sunah ketika tengah azan, berdoa, berzikir, membaca Al-Quran, menyembelih binatang dan sebagainya.
.
Berdasarkan
kebiasaan yang berkembang di masyarakat, terdapat beberapa kaidah yang
sering digunakan untuk mengetahui ketepatan arah kiblat. Diantaranya
adalah menggunakan kompas kiblat, kompas sajadah atau peralatan canggih
seperti pesawat GPS dan theodoliti. Kini, melalui teknologi penginderaan
jarah jauh yang disediakan cuma-cuma oleh Google via internet
menggunakan software Google Earth atau secara online disediakan oleh
situs-situs seperti Qibla Locator atau RHI Qibla Locator
yang memanfaatkan fasilitas Google Map Api (GMA) kita dengan mudah
dapat mengetahui arah kiblat sebuah bangunan masjid secara visual dan
jelas. Namun demikian penggunaan kaidah-kaidah tersebut sering
terkendala beberapa masalah. Kompas belumlah dikatakan sebagai alat ukur
yang presisi. Sebab dalam penggunaannya, kompas sering mengalami
kesalahan. Kesalahan tersebut berupa penyimpangan jarum kompas baik oleh
variasi magnetik secara global maupun atraksi magnetis secara lokal
oleh logam di sekitarnya. Belum lagi skala kompas biasanya terlalu
kasar. Sementara, penggunaan GPS dan theodolit untuk mengukur arah
kiblat walaupun bisa mendapatkan hasil yang lebih presisi namun dalam
prakteknya kedua peralatan tersebut tidak mudah didapatkan karena
harganya yang cukup mahal. Walaupun Google Earth maupun fasilitas qibla
locator secara online dapat membantu mengetahui arah kiblat secara
visual dengan perhitungan yang sangat akurat, namun piranti tersebut
bukan merupakan alat ukur yang presisi di lapangan dan hanya dapat
dinikmati oleh kalangan tertentu.
.
.
Lantas apakah bisa mengukur arah kiblat secara presisi dengan biaya yang murah? Jawabannya adalah BISA! Yaitu dengan menggunakan fenomena astronomis yang terjadi pada hari yang disebut sebagai yaumul rashdul qiblat atau hari meluruskan arah kiblat karena saat itu Matahari tepat di atas Ka'bah. Fenomena yang terjadi 2 kali selama setahun ini dikenal juga dengan istilah Transit Utama atau Istiwa A'dhom.
.
Istiwa, dalam bahasa astronomi adalah transit yaitu fenomena saat posisi Matahari melintasi di meridian langit. Dalam penentuan waktu shalat, istiwa digunakan sebagai pertanda masuknya waktu shalat Zuhur. Setiap hari dalam wilayah Zona Tropis yaitu wilayah sekitar garis Katulistiwa antara 23,5˚ LU sampai 23,5˚ LS posisi Matahari saat istiwa selalu berubah, terkadang di Utara dan disaat lain di Selatan sepanjang garis Meridian. Hingga pada saat tertentu sebuah tempat akan mengalami peristiwa yang disebut Istiwa A'dhom yaitu saat Matahari berada tepat di atas kepala pengamat di lokasi tersebut.
.
.
Istiwa, dalam bahasa astronomi adalah transit yaitu fenomena saat posisi Matahari melintasi di meridian langit. Dalam penentuan waktu shalat, istiwa digunakan sebagai pertanda masuknya waktu shalat Zuhur. Setiap hari dalam wilayah Zona Tropis yaitu wilayah sekitar garis Katulistiwa antara 23,5˚ LU sampai 23,5˚ LS posisi Matahari saat istiwa selalu berubah, terkadang di Utara dan disaat lain di Selatan sepanjang garis Meridian. Hingga pada saat tertentu sebuah tempat akan mengalami peristiwa yang disebut Istiwa A'dhom yaitu saat Matahari berada tepat di atas kepala pengamat di lokasi tersebut.
.
Hal
ini bisa difahami sebab akibat gerakan semu Matahari yang disebut
sebagai gerak tahunan Matahari. Ini diakibat selama Bumi beredar
mengelilingi Matahari sumbu Bumi miring 66,5˚ terhadap bidang edarnya
sehingga selama setahun Matahari terlihat mengalami pergeseran antara
23,5˚ LU sampai 23,5˚ LS. Pada saat nilai azimuth Matahari sama dengan
nilai azimuth lintang geografis sebuah tempat maka di tempat tersebut
terjadi Istiwa A'dhom yaitu melintasnya Matahari melewati zenit lokasi
setempat.
.
Demikian halnya Ka'bah yang berada pada koordinat 21,4° LU dan 39,8° BT dalam setahun juga akan mengalami 2 kali peristiwa Istiwa A'dhom yaitu setiap tanggal 28 Mei sekitar pukul 12.18 waktu setempat dan 16 Juli sekitar pukul 12.27 waktu setempat. Jika waktu tersebut dikonversi maka di Indonesia peristiwanya terjadi pada 28 Mei pukul 16.27 WIB dan 16 Juli pukul 16.18 WIB. Dengan adanya peristiwa Matahari tepat di atas Ka'bah tersebut maka umat Islam yang berada jauh dan berbeda waktu tidak lebih dari 5 atau 6 jam dapat menentukan arah kiblat secara presisi menggunakan teknik bayangan Matahari.
.
.
Demikian halnya Ka'bah yang berada pada koordinat 21,4° LU dan 39,8° BT dalam setahun juga akan mengalami 2 kali peristiwa Istiwa A'dhom yaitu setiap tanggal 28 Mei sekitar pukul 12.18 waktu setempat dan 16 Juli sekitar pukul 12.27 waktu setempat. Jika waktu tersebut dikonversi maka di Indonesia peristiwanya terjadi pada 28 Mei pukul 16.27 WIB dan 16 Juli pukul 16.18 WIB. Dengan adanya peristiwa Matahari tepat di atas Ka'bah tersebut maka umat Islam yang berada jauh dan berbeda waktu tidak lebih dari 5 atau 6 jam dapat menentukan arah kiblat secara presisi menggunakan teknik bayangan Matahari.
.
28 MEI 2010 @ 16:18 WIB
16 JULI 2010 @ 16:27 WIB
MATAHARI TEPAT DI ATAS KA'BAH
POSISI MATAHARI = ARAH KIBLAT
BAYANGAN MATAHARI = ARAH KIBLAT
.16 JULI 2010 @ 16:27 WIB
MATAHARI TEPAT DI ATAS KA'BAH
POSISI MATAHARI = ARAH KIBLAT
BAYANGAN MATAHARI = ARAH KIBLAT
Saya menyebut untuk alat benang berbandul tersebut dengan istilah
Solar Shadow Tracker (SST) atau penjejak bayangan Matahari.
.Solar Shadow Tracker (SST) atau penjejak bayangan Matahari.
Teknik penentuan arah kiblat pada hari Rashdul Qiblat sebenarnya sudah dipakai lama sejak ilmu falak berkembang di Timur Tengah. Demikian halnya di Indonesia dan beberapa negara Islam yang lain juga sudah banyak yang menggunakan teknik ini. Sebab teknik ini memang tidak memerlukan perhitungan yang rumit dan siapapun dapat melakukannya. Yang diperlukan hanyalah sebatang tongkat lurus dengan panjang lebih kurang 1 meter dan diletakkan berdiri tegak di tempat yang datar dan mendapat sinar matahari. Pada tanggal dan jam saat terjadinya peristiwa Istiwa A'dhom tersebut maka arah bayangan tongkat menunjukkan kiblat yang benar.
.
Bahkan dengan menggunakan software khusus yang dapat mengetahui pergerakan benda langit secara presisi kapan secara persis terjadinya Istiwa A'dham dapat diketahui. Untuk tahun 2010 ini misalnya menurut software Starrynight Pro Plus Versi 6.3.8 yaitu sebuah software astronomi yang memiliki tingkat ketepatan sangat tinggi, peristiwa Istiwa A'dhom terjadi pada 28 Mei 2010 pukul 12:17:59 WS atau 16:17:59 WIB dan 16 Juli 2010 pukul 12:26:48 WS atau 16:26:48 WIB. Namun secara praktis angka tersebut bisa dibulatkan ke menit.
.
Karena
di negara kita peristiwanya terjadi pada sore hari maka arah bayangan
adalah ke Timur, maka arah bayangan yang menuju ke tongkat adalah
merupakan arah kiblat yang benar. Jika anda khawatir gagal karena
Matahari terhalang oleh mendung maka toleransi pengukuran dapat
dilakukan pada H-2 hingga H+2. Satu hal penting yang harus kita
perhatikan adalah JAM yang kita gunakan hendaknya sudah terkalibrasi
dengan tepat. Untuk mengetahui standard waktu yang tepat bisa digunakan
tanda waktu saat Berita di RRI, layanan telpon 103 atau menggunakan jam
atom yang disediakan oleh layanan internet.
.
.
Penentuan
arah kiblat menggunakan fenomena ini hanya berlaku untuk tempat-tempat
yang pada saat peristiwa Istiwa A'dhom dapat secara langsung melihat
Matahari. Sementara untuk daerah lain di mana saat itu Matahari sudah
terbenam seperti Wilayah Indonesia Timur (WIT) praktis teknik ini tidak
dapat digunakan. Maka ada fenomena lain yang dapat digunakan oleh
daerah-daerah tersebut sehingga dapat mengetahui arah kiblat secara
presisi. Fenomena itu adalah saat Matahari berada tepat di bawah Ka'bah
yaitu saat Istiwa A'dhom terjadi di titik Nadir (Antipode) Ka'bah yang
terjadi pada setiap tanggal 13 Januari dan 28 November.
.
Teknik Penentuan Arah Kiblat menggunakan Istiwa A'dhom :
.
Teknik Penentuan Arah Kiblat menggunakan Istiwa A'dhom :
- Tentukan lokasi masjid/mushalla/ langgar atau rumah yang akan diluruskan arah kiblatnya.
- Sediakan tongkat lurus panjang minimal 1 meter. Akan lebih bagus jika menggunakan benang besar yang diberi bandul sehingga tegak benar.
- Siapkan jam/arloji yang sudah dicocokkan / dikalibrasi waktunya secara tepat dengan radio/ televisi/ internet atau telpon ke 103.
- Tentukan lokasi pengukuran; di dalam masjid (diutamakan) atau di sisi Selatan Masjid atau di sisi Utara atau di halaman depan masjid. Yang penting tempat tersebut datar dan masih mendapatkan penyinaran Matahari saat peristiwa Istiwa A'dhom berlangsung.
- Pasang tongkat secara tegak dengan bantuan lot tukang (jika menggunakan tongkat) atau pasang benang lengkap dengan bandul serta penyangganya di tempat tersebut. (Persiapan jangan terlalu mendekati waktu terjadinya fenomena agar tidak terburu-buru)
- Tunggu sampai saat Istiwa A'dhom terjadi dan amatilah bayangan Matahari yang terjadi. Berilah tanda menggunakan spidol, benang, lakban, penggaris atau alat lain yang dapat membuat tanda lurus. Maka itulah arah kiblat yang sebenarnya
- Gunakan benang, sambungan pada tegel lantai, atau teknik lain yang dapat meluruskan arah kiblat ini ini ke dalam masjid. Intinya yang hendak kita ukur sebenarnya adalah garis shaff yang posisinya tegak lurus (90°) terhadap arah kiblat. Maka setelah garis arah kiblat kita dapatkan untuk membuat garis shaff dapat dilakukan dengan mengukur arah sikunya dengan bantuan benda-benda yang memiliki sudut siku misalnya lembaran triplek atau kertas karton..
Sebaiknya bukan hanya masjid atau mushalla / langgar saja yang perlu diluruskan arah kiblatnya. Mungkin kiblat di rumah kita sendiri selama ini juga saat kita shalat belum tepat menghadap ke arah yang benar. Sehingga saat peristiwa tersebut ada baiknya kita juga bisa melakukan pelurusan arah kiblat di rumah masing-masing. Semoga cuaca cerah.
.
Semoga dengan lurusnya arah kiblat kita, ibadah shalat yang kita kerjakan menjadi lebih afdhal dan doanya lebih dikabulkan. Amin.
KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI SEKSI URUSAN AGAMA ISLAM
KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN GUNUNGKIDUL
KANTOR KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN GUNUNGKIDUL
KEDUDUKAN :
Seksi Urusan Agama Islam adalah salah satu bagian dari Satuan Kerja / Satuan Organisasi Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gunungkidul sebagai Instansi Vertikal Kementerian Agama yang berada di tingkat Kabupaten dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gunungkidul.
TUGAS :
Seksi Urusan Agama Islam mempunyai tugas melakukan pelayanan dan bimbingan di bidang Kepenghuluan, Keluarga Sakinah, Pangan Halal, Ibadah Sosial, Pengembangan Kemitraan Umat Islam, Hisab Rukyat dan Sumpah Keagamaan. ( KMA. No. 373 / 2002 Ps. 88 )
FUNGSI :
1. Pelaksana kebijakan tekhnis di bidang Seksi Urusan Agama Islam.
2. Pembinaan, pelayanan dan bimbingan di bidang Seksi Urusan Agama
Seksi Urusan Agama Islam adalah salah satu bagian dari Satuan Kerja / Satuan Organisasi Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gunungkidul sebagai Instansi Vertikal Kementerian Agama yang berada di tingkat Kabupaten dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gunungkidul.
TUGAS :
Seksi Urusan Agama Islam mempunyai tugas melakukan pelayanan dan bimbingan di bidang Kepenghuluan, Keluarga Sakinah, Pangan Halal, Ibadah Sosial, Pengembangan Kemitraan Umat Islam, Hisab Rukyat dan Sumpah Keagamaan. ( KMA. No. 373 / 2002 Ps. 88 )
FUNGSI :
1. Pelaksana kebijakan tekhnis di bidang Seksi Urusan Agama Islam.
2. Pembinaan, pelayanan dan bimbingan di bidang Seksi Urusan Agama
Islam.
3. Pelaksana kebijakan tekhnis di bidang Pengelolaan Adminsrasi dan
3. Pelaksana kebijakan tekhnis di bidang Pengelolaan Adminsrasi dan
Informasi yang berkaitan dengan Seksi Urusan Agama Islam.
4. Pelayanan dan bimbingan kerukunan umat beragama.
5. Pengkoordinasian, perencanaan, pengendalian dan pengawasan
4. Pelayanan dan bimbingan kerukunan umat beragama.
5. Pengkoordinasian, perencanaan, pengendalian dan pengawasan
program yang berkaitan dengan bidang Seksi Urusan Agama Islam.
6. Pelaksana hubungan dengan Instansi terkait dalam rangka pelaksanaan
6. Pelaksana hubungan dengan Instansi terkait dalam rangka pelaksanaan
tugas Seksi Urusan Agama Islam.