Keharmonisan Bukan Karena Tidak Ada Perbedaan
Perbedaan dan pluralitas memang merupakan fakta kehidupan yang tidak dapat dihindari. Namun perbedaan tidak seharusnya menjadi penghambat dalam menciptakan kehidupan sosial yang harmonis dan penuh kedamaian.
Demikian dikemukakan Menteri Agama Suryadharma Ali dalam sambutan yang dibacakan Sekjen Kementerian Agama Bahrul Hayat pada kegiatan Bakti Sosial Kesehatan di pelataran Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (14/5).
Kegiatan dalam rangka memperingati Hari Tri Suci Waisak 2555 BE, menurut Dirjen Bimas Buddha, Budi Setiawan diselenggarakan Kemenag dengan Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) dengan peyelenggarakan pengobatan gratis untuk berbagai macam jenis penyakit selama dua hari 14-15 Mei 2011.
Menag lebih lanjut mengatakan, keharmonisan dapat terjadi bukan karena tidak ada perbedaan, tetapi keharmonisan tercipta melalui sikap kita yang menerima, memahami, dan menyikapi secara positif setiap perbedaan yang ada.
Kehidupan yang harmonis dan damai didambakan oleh setiap umat manusia di muka bumi ini. Oleh karena itu kita harus bersama-sama melakukan upaya yang baik untuk mewujudkannya. Sebagai anggota masyarakat yang majemuk, kita dapat memulai dari diri sendiri agar dapat mewujudkan hidup harmonis
"Marilah kita menatap kenyataan hidup ini secara obyektif, dengan itu akan mampu hidup berdampingan secara harmonis. Kikislah sekat-sekat yang ada, lakukan hal-hal yang dapat meningkatkan kebersamaan dan persahabatan, yakni dengan berucap yang menyenangkan, melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain, dan tidak menjadi tinggi hati karena merasa lebih dari yang lainnya."
Menurut Menag, kegiatan bakti sosial kesehatan ini merupakan langkah nyata bagi umat beragama untuk turut serta mewujudkan keharmonisan hidup bermasyarakat yang menjadi pilar penyangga kerukunan bangsa.
Kordinator Baksos Walubi, Jefri Tanujaya menjelaskan, pihaknya mengikutsertakan 132 dokter dan 162 para medis untuk mensukseskan program ini. Mereka terdiri dari dokter spesialis mata, internis (penyakit dalam), kandungan, THT dan lainnya. Tenaga medis ini dari TNI AU, TNI AD, dokter dari Rumah Sakit Sarjito Yogyakarta, tim dokter Unsoed Purwokerto serta Akper Ngesti Waluyo, selain itu dibantu ratusan relawan untuk menangani sekitar 10.000 pasien.
Demikian dikemukakan Menteri Agama Suryadharma Ali dalam sambutan yang dibacakan Sekjen Kementerian Agama Bahrul Hayat pada kegiatan Bakti Sosial Kesehatan di pelataran Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (14/5).
Kegiatan dalam rangka memperingati Hari Tri Suci Waisak 2555 BE, menurut Dirjen Bimas Buddha, Budi Setiawan diselenggarakan Kemenag dengan Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) dengan peyelenggarakan pengobatan gratis untuk berbagai macam jenis penyakit selama dua hari 14-15 Mei 2011.
Menag lebih lanjut mengatakan, keharmonisan dapat terjadi bukan karena tidak ada perbedaan, tetapi keharmonisan tercipta melalui sikap kita yang menerima, memahami, dan menyikapi secara positif setiap perbedaan yang ada.
Kehidupan yang harmonis dan damai didambakan oleh setiap umat manusia di muka bumi ini. Oleh karena itu kita harus bersama-sama melakukan upaya yang baik untuk mewujudkannya. Sebagai anggota masyarakat yang majemuk, kita dapat memulai dari diri sendiri agar dapat mewujudkan hidup harmonis
"Marilah kita menatap kenyataan hidup ini secara obyektif, dengan itu akan mampu hidup berdampingan secara harmonis. Kikislah sekat-sekat yang ada, lakukan hal-hal yang dapat meningkatkan kebersamaan dan persahabatan, yakni dengan berucap yang menyenangkan, melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain, dan tidak menjadi tinggi hati karena merasa lebih dari yang lainnya."
Menurut Menag, kegiatan bakti sosial kesehatan ini merupakan langkah nyata bagi umat beragama untuk turut serta mewujudkan keharmonisan hidup bermasyarakat yang menjadi pilar penyangga kerukunan bangsa.
Kordinator Baksos Walubi, Jefri Tanujaya menjelaskan, pihaknya mengikutsertakan 132 dokter dan 162 para medis untuk mensukseskan program ini. Mereka terdiri dari dokter spesialis mata, internis (penyakit dalam), kandungan, THT dan lainnya. Tenaga medis ini dari TNI AU, TNI AD, dokter dari Rumah Sakit Sarjito Yogyakarta, tim dokter Unsoed Purwokerto serta Akper Ngesti Waluyo, selain itu dibantu ratusan relawan untuk menangani sekitar 10.000 pasien.
0 comments:
Posting Komentar
Kritik membangun silahkan, Jangan menebar Fitnah, Gunakan Bahasa Yang Baik dan Sopan, Itu Cermin Pribadi Anda ....