Pendidikan Modern Tertua

Menag: Pendidikan Modern Tertua Ada di Pesantren
Gresik (Pinmas)--"Diakui atau tidak, suka atau tidak suka, pendidikan modern tertua di Indonesia, ada di pesantren," ucap Menteri Agama Suryadharma Ali saat menghadiri Simposium Nasional Jaringan Pendidikan Hai`ah Ash-Shofwah, Himpunan Alumni Abuya Sayyid Muhammad Alawi al-Maliki al-Hasani di Pondok Pesantren Mambaus Sholihin Desa Suci, Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik Jawa Timur, sabtu (7/4).
"Untuk itu, pemerintah melalui Kementerian Agama hendak mengapresiasi pondok pesantren, sekaligus meminta masukan dan saran dari para kiai kita, agar kualitas pendidikan Islam ke depan bisa lebih baik dan beradaptasi dengan peraturan yang berlaku," lanjut Menag didampingi Direktur Pondok Pesantren Kemenag Ace Saefuddin.
Menag menilai, system pendidikan di pondok pesantren yang 24 jam sehari, kini banyak diadopsi oleh lembaga-lembaga pendidikan bertaraf internasional yang berbiaya mahal, sedang santri yang mondok, membayar pondok dengan biaya ala kadarnya. Meski demikian, out put pondok pesantren luar biasa.
"Karenanya, tak heran jika banyak lulusan pondok pesantren tidak hanya menjadi kiai atau tokoh agama, melainkan juga menjadi pengusaha, politisi, TNI/Polri, menteri bahkan Presiden," tambah Menag.
Ada ketidakpuasan alumni pondok pesantren, kata Menag. karena banyak lulusan ponpes yang mampu beradaptasi dengan berbagai disiplin ilmu dalam masyarakat. Mereka mempunyai kemampuan lebih dibanding alumni lain, minimal, mampu memimpin doa, tahlil, memandikan mayat dan hal-hal kecil yang sebenarnya sangat dibutuhkan masyarakat. Mampu mengajar, berkhutbah dan berceramah agama, membutuhkan skill yang rumit. Selain itu, banyak alumni Ponpes yang ingin jadi bupati, gubernur, walikota, dewan dan lain sebagainya.
"Secara kualitas mereka mampu, namun, sayangnya, banyak dari alumni Ponpes yang ketika diminta persyaratan minimal seperti ijazah SMU/sederajat, banyak yang gagal demi hukum alias tidak punya. Karena banyak ijazah ponpes yang tidak diakui pemerintah. Dampaknya banyak yang kecewa. Karenanya, hal ini harus kita cermati dengan seksama, bahwa sangat penting, ponpes mempunyai kurikulum yang berstandar nasional. Hal ini lah yang sedang kita pikirkan, kita minta masukan dari para kiai dan kita diskusikan," ungkap Menag.
Menag menambahkan, bahwa ponpes harus mengikuti perkembangan jaman, tanpa kehilangan jati dirinya."Kita harus berusaha dengan keras, agar Pendidikan Islam, mampu meningkat, bersaing dan beradaptasi dengan alam sekitar. Hal ini penting, karena ilmu pengetahuan selalu berkembang dengan pesat. Jadi, kedepan, pondok tidak sekedar berbicara tentang ilmu agama dan kitab kuning, namun juga belajar tentang ekonomi, ilmu pengetahuan, bahkan sampai pada teknologi nuklir. Karena selain berbahaya, nuklir mempunyai banyak manfaat tak terhingga dalam kehidupan kita, seperti untuk pengawetan makanan, membunuh penyakit dan lain sebaainya. Kami menargetkan, sebentar lagi, nuklir akan (kami usahakan) masuk pesantren," ujar Menag dengan semangat disambut antusias peserta symposium.(G-penk)

0 comments:

Posting Komentar

Kritik membangun silahkan, Jangan menebar Fitnah, Gunakan Bahasa Yang Baik dan Sopan, Itu Cermin Pribadi Anda ....

Habib Syeh

Info Haji DIY

Info Lelang

Sertifikasi

Majalah Bakti